benteng kuto besak

Selasa, 12 Februari 2013 0 komentar

Kuto Besak adalah bangunan keraton yang pada abad XVIII menjadi pusat Kesultanan Palembang. Gagasan mendirikan Benteng Kuto Besak diprakarsai oleh Sultan Mahmud Badaruddin I yang memerintah pada tahun 1724-1758 dan pelaksanaan pembangunannya diselesaikan oleh penerusnya yaitu Sultan Mahmud Bahauddin yang memerintah pada tahun 1776-1803. Sultan Mahmud Bahauddin ini adalah seorang tokoh kesultanan Palembang Darussalam yang realistis dan praktis dalam perdagangan internasional, serta seorang agamawan yang menjadikan Palembang sebagai pusat sastra agama di Nusantara. Menandai perannya sebagai sultan, ia pindah dari Keraton Kuto Lamo ke Kuto Besak. Belanda menyebut Kuto Besak sebagai nieuwe keraton alias keraton baru. Benteng ini mulai dibangun pada tahun 1780 dengan arsitek yang tidak diketahui dengan pasti dan pelaksanaan pengawasan pekerjaan dipercayakan pada seorang Tionghoa. Semen perekat bata menggunakan batu kapur yang ada di daerah pedalaman Sungai Ogan ditambah dengan putih telur. Waktu yang dipergunakan untuk membangun Kuto Besak ini kurang lebih 17 tahun. Keraton ini ditempati secara resmi pada hari Senin pada tanggal 21 Februari 1797. Berbeda dengan letak keraton lama yang berlokasi di daerah pedalaman, keraton baru berdiri di posisi yang sangat terbuka, strategis, dan sekaligus sangat indah. Posisinya menghadap ke Sungai Musi. Pada masa itu, Kota Palembang masih dikelilingi oleh anak-anak sungai yang membelah wilayah kota menjadi pulau-pulau. Kuto Besak pun seolah berdiri di atas pulau karena dibatasi oleh Sungai Sekanak di bagian barat, Sungai Tengkuruk di bagian timur, dan Sungai Kapuran di bagian utara. Benteng Kuto Besak saat ini ditempati oleh Komando Daerah Militer (Kodam) Sriwijaya. Pembangunan dan penataan kawasan di sekitar Plaza Benteng Kuto Besak diproyeksikan akan menjadi tempat hiburan terbuka yang menjual pesona Musi dan bangunan-bangunan bersejarah. Jika dilihat dari daerah Seberang Ulu atau Jembatan Ampera, pemandangan yang tampak adalah pelataran luas dengan latar belakang deretan pohon palem di halaman Benteng Kuto Besak, dan menara air di Kantor Wali Kota Palembang.

pulau kemarau

0 komentar

saat tur di Sungai Musi maka anda akan menemukan beberapa tempat wisata menarik seperti pulau kemarau dan tempat ibadah klenteng. Tur Sungai Musi adalah hal yang wajib dilakukan wisatawan yang ingin mengetahui sejarah Palembang. Dahulu , penduduk asli palembang tinggal disepanjang sungai ini. Bahkan sebagian membangun rumahnya di sepanjang tepi sungai. Saat tur disungai musi maka anda akan menemukan beberapa tempat wisata menarik seperti pulau kemarau dan tempat ibadah kelenteng. Masyarakat setempat mengandalkan sungai ini untuk transportasi sehingga anda dapat melihat banyak perahu motor membawa penumpang untuk menyebrang. Dikenal sebagai sungai yang dilintasi Jembatan Ampera yang legendaris di Palembang, pada kenyataannya , Sungai Musi menyandang predikat sungai terpanjang di pulau Sumatera, yaitu sekitar 750 kilometer. Jarak tersebut hampir sama antara jarak kota Bandung di jawa Timur. Berawal dari hulunya di kepahiang, Bengkulu, Sungai Musi mengalir jauh melalui Sumatera Selatan dan membelah Palembang menjadi sebrang Ilir di sebelah utara dan seberang ulu di bagian selatan. Sungai ini membentuk delta dan distributari di daerah Kota Sungsang.

Jembatan Ampera

0 komentar

Jembatan Ampera dibangun pada bulan april 1962, setelah mendapatkan persetujuan dari Presiden Soekarno. Pada awalnya, panjang jembatan ini 1.177 meter dan lebar 22 meter disebut jembatan Bung Karno. Secara resmi dibuka pada tanggal 30 September 1965, oleh Let. Jendral Ahmad Yani. Namun, setelah kekacauan politik pada tahun 1966, ketika gerakan anti-Soekarno berdegung kuat, jembatan itu berganti nama menjadi Jembatan Ampera. Bagaimanapun warga palembang lebih suka menyebutnya “Proyek Musi”. 944 ton bagian jembatan ini bisa diangkat ke atas dan kebawa sekitar 10 meter per menit. Jembatan ini memiliki dua menara yang bisa diangkat sepanjang 63 meter. Jarak antara dua menara adalah 75 meter. Kedua menara tersebut memiliki dua pendulum, dengan berat sekitar 500 ton masing-masing.

 
Objek wisata Sumatera Selatan © 2011 | Designed by Interline Cruises, in collaboration with Interline Discounts, Travel Tips and Movie Tickets